Paper
Landasan Bimbingan
dan Konseling
Disusun Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Dasar-Dasar
Bimbingan
Dosen pengampu:
Drs. Suharso,M.Pd., Kons.
Zakki Nurul
Amin, S.Pd.
Oleh
Ika Rosyadah Hari
Afifah
1301414051
Rombel 2
JURUSAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2014
LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakikatnya
merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya
oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan
konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu
membutuhkan pondasi yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak
memiliki pondasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan
ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak
didasari oleh pondasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran
terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya
adalah individu yang dilayaninya (konseli). Landasan bimbingan dan konseling
meliputi beberapa landasan antara lain yaitu landasan filosofis, landasan
religius, landasan psikologis, landasan sosial budaya, landasan ilmiah dan
teknologis, dan pedagogis.
A. Landasan Sosial Budaya
Kebudayaan akan bimbingan timbul
karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana
individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut seperti perubahan kontelasi
keuangan, perkembagan pendidikan, dunia-dunia kerja, perkembangan komunikasi
dll (Jonh), Pietrofesa dkk, 1980; M. Surya & Rochman N, 1986; dan Rocman N,
1987).
1. Individu sebagai Produk Lingkungan
Sosial Budaya
MC Daniel memandang setiap anak,
sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan biologisnya, tepapi juga
tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan Budaya itu menghendaki agar ia
mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat
diterima dalam budaya tersebut.
Tolbert memandang bahwa organisasi
sosial, lembaga keagamaan, kemasyarakatan, pribadi, dan keluarga, politik dan
masyarakat secara menyeluruh memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap,
kesempatan dan pola hidup warganya. Unsur-unsur budaya yang ditawarkan oleh
organisasi dan budaya lembaga-lembaga tersebut mempengaruhi apa yang dilakukan
dan dipikirkan oleh individu, tingkat pendidikan yang ingin dicapainya,
tujuan-tujuan dan jenis-jenis pekerjaan yang dipilihnya, rekreasinya dan
kelompok-kelompok yang dimasukinya.
Bimbingan konseling harus mempertimbangkan aspek sosial
budaya dalam pelayanannya agar menghasilkan pelayanan yang lebih efektif.
2. Bimbingan dan Konseling Antara
Budaya
Menurut Pedersen, dkk ada 5 macam
sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi dan penyesuaian diri
antarbudaya yaitu sumber-sumber berkenaan dengan perbedaan bahasa, komunikasi
non-verbal, stereotip, kecenderungan menilai, dan kecemasan.
Perbedaan dalam latar belakang ras
atau etnik, kelas sosial ekonomi dan pola bahasa menimbulkan masalah dalam
hubungan konseling.
Beberapa Hipotesis yang dikemukakan Pedersen dkk, 1976
(dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004;175) tentang berbagai aspek konseling
budaya antara lain:
a. Makin besar kesamaan harapan
tentang tujuan konseling antara budaya pada diri konselor dan klien maka
konseling akan berhasil
b. Makin besar kesamaan pemohonan
tentang ketergantungan, komunikasi terbuka, maka makin efektif konseling
tersebut
c. Makin sederhana harapan yang
diinginkan oleh klien maka makin berhasil konseling tersebut
d. Makin bersifat personal, penuh suasana
emosional suasana konseling antar budaya makin memudahkan konselor memahami
klien.
e. Keefektifan konseling antara
budaya tergantung pada kesensitifan konselor terhadap proses komunikasi
f. Keefektifan konseling akan
meningkat jika ada latihan khusus serta pemahaman terhadap permasalahan hidup
yang sesuai dengan budaya tersebut.
g. Makin klien (antarbudaya) kurang
memahami proses konseling, makin perlu konselor atau program konseling
antarabudaya memberikan pengarahan/pengganjaran/latihan kepada klien
(antarbudaya) itu tentang ketrampilan berkomunikasi, pengambilan keputusan dan
transfer (mempergunakan keterampilan tertentu pada situasi-situasi yang
berbeda).
B. Landasan Ilmiah dan Teknologis
Landasan ilmiah dan teknologi
membicarakan sifat keilmuan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling
sebagai ilmu yang multidimensional yang menerima sumbangan besar dari ilmu-ilmu
lain dan bidang teknologi. Sehingga bimbingan dan konseling diharapkan semakin
kokoh. Dan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.yang berkembang
pesat. Disamping itu penelitian dalam bimbingan dan konseling sendiri
memberikan bahan-bahan yang yang segar dalam perkembangan bimbingan dan konseling
yang berkelanjutan.
1. Keilmuan Bimbingan dan Konseling
Ilmu bimbingan dan konseling adalah
berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis
dan sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu bimbingan dan
konseling mempunyai obyek kajiannya sendiri, metode pengalihan pengetahuan yang
menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika pemaparannya.
Obyek kajian bimbingan dan konseling
ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mangacu pada ke-4
fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan
pemeliharaan/ pengembangan. Dalam menjabarkan tentang bimbingan dan konseling
dapat digunakan berbagai cara/ metode, seperti pengamatan, wawancara, analisis
document (Riwayat hidup, laporan perkembangan), prosedur teks penelitian, buku
teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya mengenai obyek kajian bimbingan dan
konseling merupakan wujud dari keilmuan bimbingan dan konseling.
2. Peran Ilmu Lain
dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu
yang bersifat multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan
berbagai ilmu yang lain. Misalnya ilmu statistik dan evaluasi memberikan
pemahaman dan tehnik-tehnik. Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu;
biologi memberikan pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal itu
sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling.
3. Pengembangan Bimbingan Konseling
Melalui Penelitian
Pengembangan teori dan pendekatan
bimbingan dan konseling boleh jadi dapat dikembangkan melalui proses pemikiran
dan perenungan, namun pengembangan yang lebih lengkap dan teruji didalam
praktek adalah apabila pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula
hasil-hasil penelitian dilapangan. Melalui penelitian suatu teori dan praktek
bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan/ keefektifan
dilapangan. Layanan bimbingan dan konseling akan semakin berkembangan dan maju
jika dilakukan penelitian secara terus menerus terhadap berbagai aspek yang
berhubungan dengan Bimbingan dan Konseling.
C. Landasan Pedagogis
Menurut Budi Santoso, 1992 (dalam
Prayitno dan Erman Amti, 2004:180) pendidikan itu merupakan salah satu lembaga
sosial yang universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi social.
Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, (Prayitno dan Erman Amti 2004:181-186) yaitu:
Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, (Prayitno dan Erman Amti 2004:181-186) yaitu:
a) Pendidikan Sebagai Upaya
Pengembangan Individu: Bimbingan Merupakan Bentuk Upaya Pendidikan.
Pendidikan adalah upaya memanusiakan
manusia. Seorang bagi manusia hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan
tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang
telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi keindividualannya,
kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.
Undang-Undang No. 2 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional menetapkan pengertian pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.
b) Pendidikan Sebagai Inti Proses
Bimbingan Dan Konseling
Bimbingan dan konseling
mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-kliennya. Kesadaran ini
telah tampil sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling secara meluas
di Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan
dan Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar, belajar untuk
memahami lebih jauh tentang diri sendiri, belajar untuk mengembangkan dan
merupakan secara efektif berbagai pemahaman.. (dalam Belkin, 1975). Lebih jauh,
Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam konseling klien mempelajari ketrampilan
dalam pengambilan keputusan. Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta
sikap-sikap baru. Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru
bagi dirinya; dengan memperoleh hal-hal baru itulah klien berkembang.
c) Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling
Tujuan Bimbingan dan Konseling
disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan
pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena program-program bimbingan dan
konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya yang
menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier, Kematangan personal dan
emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (Borders dan Drury,
1992). Hasil-hasil bimbingan dan konseling pada kawasan itu menunjang
keberhasilan pendidikan pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno & Amti, Erman.
2004. Dasar – Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Jika ingin mengunduh file silahkan klik disni
0 komentar:
Posting Komentar