MAKALAH
Psikoanalisa Klasik (Sigmund
Freud)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teori Kepribadian
Dosen Pengampu
Dr. Catharina
Tri Anni M.Pd., M.Pd
Oleh
Rombel 2
Anggilina
Prasetyasari (1301414049)
Ellia
Fetika Sari (1301414052)
Ika Rosyadah Hari A (1301314051)
Nur Irma
Novianti (1301414079)
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas makalah sosiologi yang berjudul “Psikoanalisa Klasik (Sigmund Freud)” tepat pada waktunya.
Kami sampaikan terimakasih kepada sahabat-sahabat yang
telah membantu kami atas terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini
masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak
retak “, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan
yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Amin
Semarang, 10 Maret 2015
Penulis
ii
|
DAFTAR
ISI
Halaman Judul
|
........................................................................................................
|
i
|
Kata Pengantar
|
........................................................................................................
|
ii ii
|
Daftar Isi
|
.........................................................................................
|
ii
|
Bab 1
|
Pendahuluan ..................................................................
|
1
|
|
1.1 Latar
Belakang ..........................................................
|
1
|
|
1.2 Rumusan
Masalah .....................................................
|
1
|
|
1.3 Tujuan
.......................................................................
|
1
|
Bab II
|
Pembahasan
...................................................................
|
2
|
|
2.1 Sejarah dan perkembangan aliran
Psikoanalisa ...................
|
2
|
|
2.2 Struktur
Kepribadian ......................................................
|
2
|
|
2.3 Dinamika
Kepribadian ....................................................
|
7
|
Bab III
|
Penutup
..........................................................................
|
9
|
|
3.1 Kesimpulan
...............................................................
|
9
|
|
3.2 Saran
.........................................................................
|
9
|
|
DAFTAR
PUSTAKA ...................................................
|
10
|
iii
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada abad ke-21 ini terdapat empat
psikologi yang menonjol, salah satu diantaranya yaitu psikoanalisis.
Keberjayaan psikoanalisis antara lain disebabkan oleh para tokoh salah satunya
ialah Sigmund Freud , yang benar-benar menguasai baik psikologi dan psikiatri.
Psikoanalisis dianggap sebagai salah
satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang dimulai dari satu metode
penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma menjadi sebuah konsepsi
baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisis menyatakan bahwa tingkah
laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif-motif tidak sadar, sehingga
Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran
manusia.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah
sejarah dan perkembangan aliran psikoanalisa ?
2.
Bagaimanakah
struktur kepribadian menurut Sigmund Freud ?
3.
Bagaimanakah bentuk dinamika
kepribadian menurut Sigmund Freud ?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui sejarah dan perkembangan aliran psikoanalisa.
2. Untuk
mengetahui struktur kepribadian menurut Sigmund Freud.
3. Untuk
mengetahui bentuk dinamika kepribadian menurut Sigmund Freud.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
dan Perkembangan Aliran Psikoanalisa
Sigmund
Freud (1856-1939) adalah pencetus pendekatan psikoanalisa. Ia adalah anak
tertua dari delapan bersaudara yang hidup dalam keluarga otoriter. Pada mulanya
ia belajar kedokteran, dan pada tahun 1880 menjadi salah seorang peneliti medis
pertama yang meneliti unsur yang terdapat dalam tanaman coca. Selanjutnya Freud
menghabiskan beberapa tahun di Paris dalam rangka belajar pada Charcot salah
seorang psikoterapis paling populer di zamannya, yang kemudian mengajarkan
teknik hipnosis. Dari sinilah kemudian ia mengembangkan metodenya sendiri yang
disebut asosiasi bebas karena merasa bahwa hipnosis tidak begitu efektif. Dalam
asosiasi bebas terdapat tindakan meminta pasien untuk berbaring dalam posisi
rileks dan mengatakan apapun dalam pikirannya. Materi bawah sadar yang
tercurahkan antara lain emosi yang kuat, ingatan terpendam, dan pengalaman
seksual di masa kanak-kanak. Teori Freud sangat dipengaruhi oleh pengalaman
emosional pribadinya dan pengalaman selama menangani pasiennya.
Metode
pengobatan Freud disebut psikoanalisis. Sejak teori dan terapinya menjadi
dikenal dan digunakan oleh orang lain (mulai sekitar 1990), idenya terus
dikembangkan dan dimodifikasi oleh para penulis dan praktisi psikoanalisa
lainnya.
Sumbangan
terbesar Freud pada teori kepribadian adalah eksplorasinya ke dalam dunia tidak
sadar dan keyakinannya bahwa manusia termotivasi oleh dorongan-dorongan utama
yang belum atau tidak mereka sadari. Bagi Freud, kehidupan mental terbagi
menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam sadar. Alam tidak sadar terbagi
menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam bawah sadar. Dalam psikologi
Freud, ketiga tingkatan kehidupan mental ini dipahami, baik sebagai proses
maupun lokasi. Tentu saja, keberadaan lokasi dari ketiga tingkat tersebut
bersifat hipotesis dan tidak nyata ada di dalam tubuh. Sekalilpun demikian,
ketika membahas alam tidak sadar, Freud melihatnya sebagai suatu alam tidak
sadar sekaligus proses terjadi tanpa disadari. Alam kesadaran terbagi dalam
tiga tingkatan, yaitu:
1. Alam Tidak Sadar
Alam tidak
sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun
insting yang tak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkata, perasaan, dan
tindakan kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali
kita tidak menyadari proses mental yang ada di balik perilakku tersebut.
Misalnya, seorang pria bisa saja mengetahui bahwa ia tertarik pada seirang
wanita tetapi tidak benar-benar memahami alasan dibalik ketertarikannya, yang
bisa saja bersifat tidak rasional.
2. Alam Bawah Sadar
Alam bawah
sadar (preconscious) ini memuat semua elemen yang tak di sadari, tetapi bisa
muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar. Isi alam bawah sadar ini
datang dari dua sumber, yang pertama adalah persepsi sadar (conscious
perception).
3. Alam Sadar
Alam sadar
conscious), yang memainkan peran tak berarti dalam teori psikoanalisis,
didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berbeda dalam
kesadaran. Ini adalah satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung
kita raih. Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar bisa masuk ke
alam sadar.
B. Struktur
Kepribadian
Bagi Freud, bagian yang paling primitif dar pikiran
adalah das es atau “sesuatu” / “itu” (it), yang hampir selalu diterjemahkan
sebagai id. Bagian kedua adalah das Ich, atau “saya” (I), yang diterjemahkan
sebagai ego, dan yang terakhr adalah das Uber_Ich atau “saya yang lebih (over-I),
yang dalam bahasa inggrisnya disebut sebagai superego. Berikut penjabaran dari
masing-masing struktur kepribadiannya:
1.
Id
Psikologi
Freud bertitik tolak dari dunia nyata, dunia yang penuh dengan benda-benda.
Diantara ada objek yang sangat khusus yaitu organisme. Salah satu bagian
terpenting dari suatu organisme adalah sistem saraf yang memiliki karakter
sangat peka terhadap apa yang dibutuhkan. Ketika manusia lahir, sistem
syarafnya hanya sedikit lebih baik dari binatang lain, itulah yang dinamakan id. Id
adalah istilah yang diambil dari kata ganti untuk “sesuatu” atau “itu” (the
it), atau komponen yang tak sepenuhnya diakui oleh kepribadian.
Id
tak punya kontak dengan dunia nyata, tetapi selalu berupaya untuk meredam
ketegangan dengan cara memuaskan hasrat-hasrat dasar. Id berfungsi untuk
memperoleh kepuasan dan sekjalan dengan prinsip kesenangan. Sistem syaraf,
sebagai id, bertugas menerjemahkan
kebutuhan satu organisme menjadi daya motivasional yang disebut sebagai insting
atau nafsu. Freud juga menyebutnya dengan kebutuhan. Kebutuhan yang menjadi
keinginan disebut proses primer.
Contohnya bayi yang baru lahir akan
tetap mengisap terlepas dari ada atau tidaknya puting susu, karena ia akan
memperoleh kepuasan ketika melakukannya. Karena id tidak mempunyai kontak
dengan kenyataan maka bayi itu tidak menyadari bahwa sebenarnya dengan mengisap
jempol tidak akan membantunya bertahan hidup
2. Ego
Ego
atau saya adalah satu-satunya wilayah pikiran yang memiliki kontak dengan
realita. Kebutuhan lambat laun akan semakin kuat dan bertambah banyak, sedang
keinginan-keinginan lain akan datang silih berganti. Di seputar alam sadar ini,
selama tahun-tahun pertama kehidupan seorang bayi, sebagian id berubah menjadi ego (aku). Ego menghubungkan organisme dengan
realitas dunia melalui alam sadar yang dia tempati, dan dia mencari objek-objek
untuk memuaskan keinginan dan nafsu yang dimunculkan id untuk merepresentasikan
apa yang dibutuhkan organisme. Proses ini disebut proses sekunder.
Tidak seperti id, ego berfungsi berdasarkan
prinsip-prinsip realitas, artinya dia memenuhi kebutuhan organisme berdasarkan objek-objek yang sesuai dan dapat ditemukan
dalam kenyataan.
Contohnya,
ego seorang wanita secara sadar, memotivasinya untuk memilih
pakaian yang dijahit rapi dan sangat licin karena ia merasa nyaman berbusana
seperti itu. Pada saat yang sama ia mungkin ingat samar-samar (secara bawah sadar) bahwa sebelumnya ia
pernah dipuji karena memilih pakaian yang bagus. Selain itu, barangkali
termotivasi secara tidak sadar untuk
berperilaku rapi dan teratur. Jadi keputusan untuk mengenakan pakaian rapi nan
licin bisa terjadi di tiga tingkat kehidupan mental.
3. Superego
Dalam
psikologi Freudian, superego mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari
kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralistis dan idealis
yang berbeda dengan prinsip kesenangan dari Id
dan prinsip realistis dari ego.
Ketika
ego berusaha membuat id tetap senang, di sisi lain dia juga
mengalami hambatan yang ada di dunia nyata. Segala objek dunia nyata yang
menghalangi dan mendukungnya inilah yang kemudian menjadi superego. Superego memiliki dua sisi:
1. Nurani merupakan internalisasi dari hukuman dan peringatan.
2. Ego ideal yaitu berasal dari pujian dan contoh-contoh
positif yang diberikan kepada anak-anak.
Hubungan antara Id, Ego dan Superego pada tiga individu
secara hipotesis:
1.
Pada
individu pertama, id mendominasi ego yang lemah dan superego yang plin-plan
sehingga ego tidak mampu menyeimbangkan antara gigihnya tuntutan id. Akibatnya
individu ini terus-menerus memuaskan kesenangannya tanpa memandang apa yang
mungkin atau layak.
2.
Individu
kedua, memiliki rasa bersalah serta perasaan inferior dan ego yang lemah, akan
mengalami sederetan konflik karena ego tidak bias mengendalikan tuntutan antara
superego dan id yang saling bertentangan, tetapi sama kuat.
3.
Individu
ketiga, yang memiliki ego kuat dan mampu memenuhi tuntutan, baik dari id,maupun
superego sehingga secara psikologis mampu menenangkan kendali atas prinsip
kesenangan dan prinsip moralitas.
C.
Dinamika
Kepribadian
Dorongan-Dorongan
( Drives )
Menurut
Freud ( 1933/1964 ), beragam dorongan dapat dikelompokkan menjadi dua
kubu utama : seks atau Eros, dan agresif, distraksi atau Thanatos.
Dorongan-dorongan ini berakar dalam Id. Namun, mereka tunduk pada pengontrolan
Ego. Dorongan memiliki bentuk energy psikisnya sendiri : Freud menggunakan kata
Libido untuk energy dorongan seksual. Namun, energy bagi dorongan agresif masih
belum dinamainya.
·
Seks
Tujuan dari dorongan seksual adalah
kesenangan namun, kesenangan ini tidak terbatas hanya pada kesenangan genital
semata. Tujuan akhir dorongan seksual (pengurangan tegangan seksual) tidak
dapat diubah namun, jalan untuk mencapai tujuan ini bisa beragam.
Fleksibilitas objek seksual atau
pribadi seksual dapat mengenakan samara Eros yang lebih jauh. Objek erotis
dapat ditransformasikan atau dipindahkan dengan mudah. Sebagai contoh, seorang
bayi yang dipaksa terlalu cepat untuk lepas dari putting ibunya sebagai objek
seksual mungkin akan menggantinya dengan jempol tangan sebagai objek
kesenangannya. Namun, seks sendiri dapat mangambil banyak bentuk yang lain,
seperti Narsisisme, cinta, sadisme, dan masokhisme. Dua yang terakhir ini
memiliki komponen dorongan agresif.
·
Agresi
Tujuan dari dorongan dmerusak,
menurut Freud, adalah mengembalikan organism pada kondisi anorganis. Oleh
karena itu kondisi inorganik yang paling utama adalah kematian, maka tujuan
akhir dari dorongan agresi adalah penghancuran diri. Dorongan agresif juga
menjelaskan kebutuhan atas penghalang-penghalang yang sudah dibangun manusia
untuk mengendalikan agresi. Hal inilah yang sering kali menciptakan kecemasan,
yang mendorong hasrat-hasrat seksual maupun agresif ke alam tidak sadar.
Contohnya perintah seperti
“kasihilah sesamamu seperti kamu mengasihi dirimu sendiri”.
·
Kecemasan ( anxiety )
Kecamasan adalah suatu keadaan
tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Freud ( 1933/1964 ) menekankan
bahwa ini adalah kondisi yang tidak menyenangkan, bersifat emosional, dan
sangat terasa kekuatannya, disertai sebuah sensasi fisik yang memperingatkan
seseorang terhadap bahaya yang sedang mendekat. Ada tiga macam kecemasan :
§ Kecemasan Neurotis
Kecemasan neurotis adalah ketakutran terhadap tidak
terkendalinya naluri-naluri yang menyebabkan seseorang melalkukan suatu
tindakan yang bisa mendatangkan hukuman bagi dirinya sendiri. Contohnya adalah
seseorang akan mengalami kecemasan ini karena kehadiran seorang guru, majikan,
atau figure otoritas lain.
§ Kecemasan Moralistis
Kecemasan moralistis adalah katekutan terhadap hati nurani
sendiri. Kecemasan ini bersal dari konflik antara ego dan superego. Kecemasan
moralistis contohnya, akan muncul dari godaan seksual jika seorang anak percaya
bahwa menyerah pada godaan akan membuat dirinya keliru secara moral. Namun,
kecemasan moralistis juga bisa muncul akibat kegagalan untuk bersikap secara
konsisten dengan apa yang dianggap benar secara moral, contohnya gagal merawat
orang tua yang sudah lanjut usia.
§ Kecemasan Realiatis
Kecamasan realistis adalah ketakutan terhadap bahaya dari
dunia eksternal, dan taraf kecemasannya sesuai dengan derajat ancaman yang ada.
Contohnya, kita dapat mengalami kecemasan realistis ketika berkendara di lalu
lintas yang padat dan bergerak cepat di sebuah kota yang belum kita kenal.
Kecemasan realistis ini berbeda dari rasa takut karena rasa takut tidak perlu
malibatkan suatu objek spesifik yang menakutkan, contohnya jika sepeda motor kita
tiba-tiba terpeleseta dan lepas kendali di atas sebuah jalan tol yang bersalju.
Kecemasan berfungsi sebagai
mekanisme penjagaan ego karena dia memberi sinyal bahwa bahaya tertentu sedang
mendekat ( Freud, 1933/1945 ). Contohnya, sebuah mimpi kecemasan yang memberi
sinyal kepada sensor kita mengenai bahaya yang sedang mendekat akan mengambil
bentuk samaran imaji-imaji mimpi sebaik-baiknya.
Bab III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sigmund
Freud (1856-1939) adalah pencetus pendekatan psikoanalisa.
Alam kesadaran terbagi dalam tiga
tingkatan, yaitu: Alam Tidak Sadar, Alam Bawah Sadar, dan Alam Sadar. Struktur
kepribadian terdiri dari it, ego, dan superego. Dinamika kepribadian terdapat
dorongan-dorongan, seks, agresi, dan
kecemasan.
3.2. Saran
DAFTAR
PUSTAKA
Jika ingin mengunduh file silahkan klik disini
0 komentar:
Posting Komentar