
Paper
Hakikat BK dan Rasionel Perlunya BK Ditinjau Dari Segi Psikologi dan Pedagogis
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah
Dasar-Dasar Bimbingan
Dosen pengampu:
Drs. Suharso,M.Pd,
Kons.
Zakki Nurul Amin, S.Pd.
Oleh
Ika Rosyadah Hari Afifah
1301314051
Rombel 2
JURUSAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2014
A. Hakikat
Bimbingan dan Konseling
Guru memiliki tanggung jawab yang
besar untuk membantu pesrta didik agar dapat mengembangkan potensinya secara maksimal.
Potensi yang dikembangkan tesebut tidak hanya kecerdasan dan ketrampilan
belaka, melainkan menyangkut seluruh aspek kepribadian peserta didik. Oleh
karena itu, seorang guru tidak cukup hanya memiliki pemahaman dan kemampuan
dalam bidang pembelajaran tetapi juga harus memiliki pemahaman dan kemampuan
dalam bidang bimbingan dan konseling. Guru yang memahami konsep-konsep
bimbingan diharapkan dapat berfungsi sebagai fasilitator perkembangan siswa,
baik yang menyangkut aspek intelektual, emosional, sosial, moral, maupun
spiritual.
1. Pengertian
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah bagian dari proses
pendidikan yang teratur dan sistematik guna membantu pertumbuhan anak muda atas
kekuatannya dalam menetukan dan mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada akhirnya
ia dapat memperoleh pengalaman- pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi masyarakat (Lefever, dalam McDaniel, 1959).
Bimbingan sebagai proses layanan
yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan
dan ketrampilaan-ketrampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan,
rencana-rencana, dan intrepetasi-intrepetasi yang diperlukan untuk menyesuaikan
diri yang baik ( Smith, dalam McDaniel, 1959).
Bimbingan adalah bantuan yang
diberikan oleh seseorang laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian
yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia
untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan
hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menagnggung bebannya sendiri(
Crow dan Crow, 1960)
Dari pengertian bimbingan dan
konseling menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan
konseling proses pendidikan yang terencana dan sistematik yang diberikan kepada
laki-laki maupun perempuan guna membantu pertumbuhan anak muda, memperoleh
pengetahuan , memiliki kepribadian yang baik dan memiliki
ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan,
rencan-rencanayang diperlukan untuk menyesuaikan diri dalam kondisi yang berbeda.
2. Fungsi
Bimbingan dan Konseling
a. Fungsi
Pemahaman
Fungsi BK untuk membantu
individu-individu memahami potensi apa yang ada pada dalam dirinya sendiri dan
memahami terhadap lingkungan sekitar. Hal ini diharapkan mampu mengembangkan
potensi dirinya secara optimal, dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya secara dinamis dan konstuktif.
b.Fungsi Preventif
Seoranng konselor tugssnya adalah
menyelesaikan masalah terhadao klien yang dihadapinya . Agar masalah klien
tidak terulang kembali, maka seorang konselor mencegahnya,dengan memberikan
motivasi kepada klien tersebut.
c.Fungsi Pengembangan
d.Fungsi Penyaluran
e.Fungsi Penyesuaian
f.Fungsi Perbaikan
h.Fungsi Fasilitasi
i.Fungsi Pemeliharaan
3. Azas-Azas
Bimbingan dan Konseling
a.Azas
Kerahasian
b.Asaz
Kesukarelaan
c.Azas
Keterbukaan
d.Asaz
Kegiatan
e.Azas
Kemandirian
f.Azas
Kekinian
g.Azas
Kedinamisan
h.Azas
Keterpaduan
i.Azas
Kenormatifan
j.Azas
Keahlian
k.Azas
Alih Tangan Kasus
l.Azas
Tut Wuri Handayani
4. Prinsip-Prinsip
Bimbingan dan Konseling
a.Bimbingan
harus berpusat pada individu terbimbing.
b.Masalah
yang tidak dapat dipecahkan harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang
lebih mampu dan berwenaang melakukannya.
c.Bimbingan
harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirassakn oleh konseling.
d.Bimbingan
harus fleksibel sesuai dengan situasi dan kondisi konseling.
e.Pelaksanaan
program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki keahlian
dalam bidang bimbingan.
f.Harus
ada penilaian yang teratur terhadap program bimbingan yang dilaksanakan.
5.Tujuan layanan BK di sekolah
Membantu peserta didik mencapai tugas perkembangan
potensinya secara optimal, sehingga mampu mencapai tugas-tugas perkembangan
meliputi aspek pribadi-sosial-belajar dan karir kearah peserta didik yang
matang dan mandiri (memandirikan peserta didik).
Mandiri mengandung
pengertian :
a. Mampu merencanakan
kegiatan penyelesaian studi, pengembangan karir, serta merencanakan kehidupan
masa depan.
b. Mampu mengembangkan
seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin.
c. Mampu menyesuaikan
dengan lingkungan pendidikan, lingkungan kerja serta lingkungan masyarakat.
d. Mampu mengatasi
hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam : studi, lingkungan pendidikan,
lingkungan kerja serta lingkungan masyarakat.
B. Landasan
Pedagogis
Menurut Budi
Santoso, 1992 (dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004:180) pendidikan itu
merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagaisarana reproduksi
social.
Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, (Prayitno dan Erman Amti 2004:181-186) yaitu:
Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, (Prayitno dan Erman Amti 2004:181-186) yaitu:
Pendidikan
adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanya akan dapat
menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa
pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan
dimensi keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.
Undang-Undang
No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menetapkan pengertian
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan Sebagai Inti Proses
Bimbingan Dan Konseling.
Bimbingan
dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-kliennya.
Kesadaran ini telah tampil sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling
secara meluas di Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan
Bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar,
belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri sendiri, belajar untuk
mengembangkan dan merupakan secara efektif berbagai pemahaman (dalam
Belkin, 1975). Lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam konseling
klien mempelajari ketrampilan dalam pengambilan keputusan. Pemecahan masalah,
tingkah laku, tindakan, serta sikap-sikap baru. Dengan belajar itulah klien
memperoleh berbagai hal yang baru bagi dirinya; dengan memperoleh hal-hal baru
itulah klien berkembang.
Pendidikan
lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling Tujuan
Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga
menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena
program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan
individu, khususnya yang menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier, Kematangan
personal dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik
pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (Borders
dan Drury, 1992). Hasil-hasil bimbingan dan konseling pada kawasan itu
menunjang keberhasilan pendidikan pada umumnya.
C. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat
memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi
sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa
kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (1) motif
dan motivasi; (2) pembawaan dan lingkungan, (3) perkembangan individu; (4
belajar; dan (5) kepribadian.
1.
Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang
menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari
oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti :
rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari
hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan
tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan
dan digerakkan,– baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari
luar individu (motivasi ekstrinsik), menjadi bentuk perilaku instrumental atau
aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.
2.
Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan
dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi
perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan
merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti
struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau
ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang
perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada
lingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu
akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada
pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat
tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot).
Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan
yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap
potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula
individu yang hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan
sarana dan prasarana yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang
dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.
3.
Perkembangan Individu
Perkembangan
individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang
merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya
meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral
dan sosial. Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan
sebagai rujukan, diantaranya : (1) Teori dari McCandless tentang pentingnya
dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu; (2) Teori dari
Freud tentang dorongan seksual; (3) Teori dari Erickson tentang perkembangan
psiko-sosial; (4) Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif; (5) teori
dari Kohlberg tentang perkembangan moral; (6) teori dari Zunker tentang
perkembangan karier; (7) Teori dari Buhler tentang perkembangan sosial; dan (8)
Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa
bayi sampai dengan masa dewasa.
Dalam
menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan
individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu
itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
4.
Belajar, Balikan dan Penguatan
Belajar
merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar
untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan
mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan
mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk
menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri
individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu
yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif
maupun psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan
prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari
kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.
Untuk
memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori
belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah : (1) Teori Belajar
Behaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi; dan
(3) Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar alternatif
konstruktivisme.
5. Kepribadian
Abin Syamsuddin, 2003 (dalam artikel Akhmad Sudrajat, 2008)
mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup:
a. Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi
etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
b. Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau
cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari
lingkungan.
c. Sikap sambutan terhadap objek
yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
d. Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi
emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya
tersinggung, sedih, atau putus asa.
e. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk
menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau
menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang
dihadapi.
f. Sosiabilitas; yaitu
disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat
pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang
lain.
Upaya
konselor dalam landasan ini adalah adanya perubahan tingkah laku klien, baik
dalam mengatasi masalahnya ataupun tujuan yang ingin dicapainya dengan
pemahaman tingkah laku yang jadi sasaran pelayanan memiliki latar belakang yang
berbeda. Konselor harus bisa memahami tingkah laku individu, motif dan
motifasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan individu, belajar, balikan dan
penguatan serta keprbadiannya.
Daftar Pustaka
Amti,Erman.Prayitno.2004.
Dasar-Dasar Bimbingan dan Koseling. Jakarta; Rineka Cipta.
Riana, Vita. 2009. Landasan –
Landasan Bimbingan dan Konseling. Tersedia dalam http://www.scribd.com/doc/24800435/Landasan-BK diunduh 24
September 2012.
Jika ingin mengunduh file silahkan klik disini
0 komentar:
Posting Komentar