Couselor

Bimbingan dan Konseling ! Yes ! We Can !

Hima BK 2015

Upgrading pertama di Umbul Bandungan

Jumat, 03 Juli 2015

Makalah Hakikat BK dan Rasionel Perlunya BK Ditinjau Dari Segi Psikologi dan Pedagogis



Logo-Unnes-Warna.jpg

Paper  Hakikat BK dan Rasionel Perlunya BK Ditinjau     Dari Segi Psikologi dan Pedagogis
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Dasar-Dasar Bimbingan

Dosen pengampu:
Drs. Suharso,M.Pd, Kons.
Zakki Nurul Amin, S.Pd.
Oleh
Ika Rosyadah Hari Afifah
1301314051
Rombel 2


JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
A. Hakikat Bimbingan dan Konseling
Guru memiliki tanggung jawab yang besar untuk membantu pesrta didik agar dapat mengembangkan potensinya secara maksimal. Potensi yang dikembangkan tesebut tidak hanya kecerdasan dan ketrampilan belaka, melainkan menyangkut seluruh aspek kepribadian peserta didik. Oleh karena itu, seorang guru tidak cukup hanya memiliki pemahaman dan kemampuan dalam bidang pembelajaran tetapi juga harus memiliki pemahaman dan kemampuan dalam bidang bimbingan dan konseling. Guru yang memahami konsep-konsep bimbingan diharapkan dapat berfungsi sebagai fasilitator perkembangan siswa, baik yang menyangkut aspek intelektual, emosional, sosial, moral, maupun spiritual.
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menetukan dan mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman- pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat (Lefever, dalam McDaniel, 1959).
Bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan ketrampilaan-ketrampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan intrepetasi-intrepetasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik ( Smith, dalam McDaniel, 1959).
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menagnggung bebannya sendiri( Crow dan Crow, 1960)
Dari pengertian bimbingan dan konseling menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling proses pendidikan yang terencana dan sistematik yang diberikan kepada laki-laki maupun perempuan guna membantu pertumbuhan anak muda, memperoleh pengetahuan , memiliki kepribadian yang baik dan memiliki ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencan-rencanayang diperlukan untuk menyesuaikan diri  dalam kondisi yang berbeda.
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling
a. Fungsi Pemahaman
Fungsi BK untuk membantu individu-individu memahami potensi apa yang ada pada dalam dirinya sendiri dan memahami terhadap lingkungan sekitar. Hal ini diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara dinamis dan konstuktif.
b.Fungsi Preventif
Seoranng konselor tugssnya adalah menyelesaikan masalah terhadao klien yang dihadapinya . Agar masalah klien tidak terulang kembali, maka seorang konselor mencegahnya,dengan memberikan motivasi kepada klien tersebut.
c.Fungsi Pengembangan
d.Fungsi Penyaluran
e.Fungsi Penyesuaian
f.Fungsi Perbaikan
h.Fungsi Fasilitasi
i.Fungsi Pemeliharaan
3. Azas-Azas Bimbingan dan Konseling
a.Azas Kerahasian
b.Asaz Kesukarelaan
c.Azas Keterbukaan
d.Asaz Kegiatan
e.Azas Kemandirian
f.Azas Kekinian
g.Azas Kedinamisan
h.Azas Keterpaduan
i.Azas Kenormatifan
j.Azas Keahlian
k.Azas Alih Tangan Kasus
l.Azas Tut Wuri Handayani
4. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
a.Bimbingan harus berpusat pada individu terbimbing.
b.Masalah yang tidak dapat dipecahkan harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang lebih mampu dan berwenaang melakukannya.
c.Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirassakn oleh konseling.
d.Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan situasi dan kondisi konseling.
e.Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan.
f.Harus ada penilaian yang teratur terhadap program bimbingan yang dilaksanakan.



5.Tujuan layanan BK di sekolah

            Membantu peserta didik mencapai tugas perkembangan potensinya secara optimal, sehingga mampu mencapai tugas-tugas perkembangan meliputi aspek pribadi-sosial-belajar dan karir kearah peserta didik yang matang dan mandiri (memandirikan peserta didik).
Mandiri mengandung pengertian :
a. Mampu merencanakan kegiatan penyelesaian studi, pengembangan karir, serta merencanakan kehidupan masa depan.
b. Mampu mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin.
c. Mampu menyesuaikan dengan lingkungan pendidikan, lingkungan kerja serta lingkungan masyarakat.
d. Mampu mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam : studi, lingkungan pendidikan, lingkungan kerja serta lingkungan masyarakat.

B. Landasan Pedagogis
Menurut Budi Santoso, 1992 (dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004:180) pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagaisarana reproduksi social.
Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, (Prayitno dan Erman Amti 2004:181-186) yaitu:
 Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.
Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menetapkan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan Sebagai Inti Proses Bimbingan Dan Konseling.
Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-kliennya. Kesadaran ini telah tampil sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling secara meluas di Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar, belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri sendiri, belajar untuk mengembangkan dan merupakan secara efektif berbagai pemahaman (dalam Belkin, 1975). Lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam konseling klien mempelajari ketrampilan dalam pengambilan keputusan. Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta sikap-sikap baru. Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru bagi dirinya; dengan memperoleh hal-hal baru itulah klien berkembang.
Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya yang menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier, Kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (Borders dan Drury, 1992). Hasil-hasil bimbingan dan konseling pada kawasan itu menunjang keberhasilan pendidikan pada umumnya.
C. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (1) motif dan motivasi; (2) pembawaan dan lingkungan, (3) perkembangan individu; (4 belajar; dan (5) kepribadian.
1.   Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,– baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik), menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.
2.    Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.
3.    Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya : (1) Teori dari McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu; (2) Teori dari Freud tentang dorongan seksual; (3) Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial; (4) Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif; (5) teori dari Kohlberg tentang perkembangan moral; (6) teori dari Zunker tentang perkembangan karier; (7) Teori dari Buhler tentang perkembangan sosial; dan (8) Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa bayi sampai dengan masa dewasa.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
4.    Belajar, Balikan dan Penguatan
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.
Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah : (1) Teori Belajar Behaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi; dan (3) Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar alternatif konstruktivisme.
5.    Kepribadian
    Abin Syamsuddin, 2003 (dalam artikel Akhmad Sudrajat, 2008)  mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup:
a.  Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
b.  Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
c.     Sikap sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
d.  Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
e.  Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
f.     Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Upaya konselor dalam landasan ini adalah adanya perubahan tingkah laku klien, baik dalam mengatasi masalahnya ataupun tujuan yang ingin dicapainya dengan pemahaman tingkah laku yang jadi sasaran pelayanan memiliki latar belakang yang berbeda. Konselor harus bisa memahami tingkah laku individu, motif dan motifasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan individu, belajar, balikan dan penguatan serta keprbadiannya.














Daftar Pustaka

Amti,Erman.Prayitno.2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Koseling. Jakarta; Rineka Cipta.
Riana, Vita. 2009. Landasan – Landasan Bimbingan dan Konseling. Tersedia                 dalam http://www.scribd.com/doc/24800435/Landasan-BK diunduh 24 September 2012.



Jika ingin mengunduh file silahkan klik disini

0 komentar:

Posting Komentar